Bahasa
adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena
dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa
merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.Adapun bahasa dapat
digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya
dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat
memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita
mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan.
Untuk
itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan
lancar.Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia
makin meluas dan menyangkut berbagai bidang kehidupan.Kita sebagai
generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini, mengingat
akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa globalisasi,
yang menuntuk akan kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan
menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia, demi memajukan
bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa
lain.
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah membuat keputusan
Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat
Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16-20
Desember 1990 dan diterima pada Sidang Ke-30 Majelis Bahasa Brunei
Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan, tanggal 4-6 Maret
1991, tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoensia yang Disempurnakan. Berarti adanya keseriusan dari pihak Pemerintah tentang Ejaan dan Tata Bahasa Indonesia dan harus kita terapkan.
1. Tata bunyi (fonologi) Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
- Fonetik Pengertian Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia
- Fonemik Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Kalau
dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan
oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka
dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan,
bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk membedakan arti.
2. Tata Bahasa (kalimat)
Masalah
definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah
terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa.
Yang lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang
klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar
(gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat
gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut
untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat
menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam komunikasi baik lisan
maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat yang dihasilkan
orang lain apakah gramatikal atau tidak.
Suatu
pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat
predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi
kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat
mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam pemakaian
bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam
lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja,
predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
3. Kosa kata
Dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk
memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa
membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik
tulis maupun lisan.
Ragam
bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika
lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu
antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu
tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula
raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai
kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan
menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan
diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun
pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa
penutur itu kurang luas pergaulannya.
Jika
terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau
penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi
atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan
bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan
bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya,
makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
4. Ejaan
Dalam
bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan
untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan.
Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara ,
perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda
tersebut dinamakan tanda baca.
suatu
bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan
bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan
sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana
memotong-motong suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik
dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu
harus berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu
pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita
menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital
juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam penulisan
dengan ejaan yang tepat.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi
antara lambang- lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu
bahasa disebut eja.
5. Makna
Pemakaian
bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang
sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat
digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat
digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar
adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
Kriteria
pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang
sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik
apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara
(kalau lisan) atau orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat
pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa
bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat
kita.
KESALAHAN DIKSI
Kesalahan
diksi ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan
pemakaian kata. Berikut dikemukakan beberapa diksi yang belum
dibicarakan pada bab sebelumnya.
- Pemakaian Kata Tidak Tepat Ada beberapa kata yang diguuanakan secara tidak tepat. Kata dari atau daripada sering digunakan secara tidak tepat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut. Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperls Bidang Usaha. Kalimat tersebut seharusnya tanpa kata daripada karena kata daripada digunakan untuk membandingkan dua hal. Misalnya, tulisan itu lebih baik daripada tulisan saya. Di dalam kalimat berikut juga terdapat pemakaian kata secara tidak benar.
- Pemakaian Kata Berpasangan Ada sejumlah kata yang pemakaiannya berpasangan (disebut juga konjungsi korelatifa), seperti, baik … maupun …, bukan … melainkan …, tidak … tetapi …, antara … dan …. Di dalam contoh-contoh berikut dikemukakan pemakaian kata berpasangan secara tidak tepat. Pemakaian kata berpasangan tidak tepat Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli. Perbaikan Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
- Pemakaian Dua Kata Didalam kenyataan terdapat pemakaian dua kata yang makna dan fungsi kurang lebih sama. Kata-kata yang sering dipakai secara serentak itu, bahkan pada posisi yang sama, antara lain ialah adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, atau daftar nama-nama, seperti pada contoh berikut. Pemakaian dua kata yang tidak benar Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua. Perbaikan : Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah tugas kita bersama.
- Kesalahan Ejaan Di dalam kenyataan pemakaian bahasa masih banyak kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca. Penyebabnya antara lain, ialah adanya perbedaan konsepsi pengertian tanda baca di dalam ejaan sebelumnya dengan ejaan yang berlaku sekarang. Di dalam ejaan sebelumnya tanda baca diartikan sebagai tanda bagaimana seharusnya membaca tulisan. Misalnya, tanda koma merupakan tempat perhentian sebentar (jeda) dan tanda tanya menandakan inotasi naik. Hal seperti itu sekarang tidak seluruhnya dapat dipertahankan. Misalnya, antara subjek predikat terdapat jeda dalam membaca, tetapi tidak dipakai tanda koma jika bukan yang mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Contoh: Engkau sudah lulus? Dia tidak ikut ujian? Bandingkan dengan kalimat tanya yang berikut. Contoh: Apakah engkau sudah lulus? Siapa yang tidak ikut ujian?
- Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat. Ada kecenderungan penulis menggunakan tanda koma di antara subjek dan predikat kalimat jika nomina subjek mempunyai keterangan yang panjang. Pemakaian tanda koma itu tidak benar karena subjek tidak dipisahkan oleh tanda koma dari predikat kecuali pasangan tanda koma yang mengapit keterangan tambahan atau aposisi. Contoh: Mahasiswa yang akan mengikuti ujian negara, diharap mendaftarkan diri di sekretariat. Tanah bekas hak guna usaha yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, akan ditetapkan kemudian pengaturannya.
- Tanda Koma di antara Keterangan dan Subjek Selain subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal juga sering dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun panjang, tidak benar, seperti terlihat dalam contoh berikut.Dalam suatu pernyataan singkat di kantornya, pengusaha itu membantah bekerjasama dengan penyelundup.Untuk keperluan belanja sehari-hari, mereka masih bergantung pada orang tuanya.