Instrument EDS ini disusun atas dasar Lima
Standar Nasional Pendidikan, Standar Kompetensi Lulusan, yaitu
Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dan Standar Pengelolaan.
Butir butir Instrumen evaluasi diri sekolah ini difokuskan pada aspek-aspek
kehidupan ataupun keberadaan sekolah yang esensial, yaitu kondisi kondisi yang
berkaitan dengan mutu pelayanan belajar mengajar.
Pengisian instrumen evaluasi diri sekolah ini disesuaikan
dengan keadaan nyata di sekolah SD INPRES SAMATA dengan tujuan untuk
menumbuhkan budaya peningkatan mutu berkelanjutan disekolah. Oleh karena itu
sangat diyakini tentunya pengisian instrument evaluasi diri sekolah ini jauh
dari kesempurnan, dan akhirnya kami berharap adanya kerjasama, dan kolaborasi
semua pemangku kebijakan.
I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Semua sekolah harus mempunyai tujuan
yang seharusnya dicapai dengan melaksanakan rencana yang telah disusun
berdasarkan evaluasi diri sekolah dan sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Tujuan sekolah dijabarkan sesuai dengan visi dan misi sekolah sehingga cara
pencapaiannya harus didasarkan atas visi dan misi tersebut. Cara pencapaian
tujuan dilakukan melalui berbagai perencanaan dan program kegiatan yang
dituangkan dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS). Perencanaan dilakukan tidak hanya
untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi, tetapi juga untuk meningkatkan
mutu sekolah. Rencana Kerja Sekolah yang telah dikembangkan oleh tim sekolah
seharusnya dapat dibaca oleh semua stakeholder sekolah untuk mengantisipasi perubahan
dan usulan yang mungkin sesuai untuk memperkaya program yang telah disusun.
Program sekolah seharusnya sesuai
dengan visi dan misinya agar sekolah dapat berkembang optimal. Perencanaan
program dan kegiatan dalam RKS seharusnya dapat terukur dan realistis sehingga
program dapat dilaksanakan. Perencanaan sebaiknya tidak dibuat terlalu muluk
dan harus berdasarkan pada kondisi sekolah.Oleh sebab itu, tim sekolah perlu
menganalisis data EDS untuk mengidentifikasi permasalahan sekolah dan menentukan
penyebab masalah, serta mencarikan alternatif pemecahannya. EDS perlu dikaitkan dengan proses perencanaan sekolah dan
dipandang sebagai bagian yang penting dalam kinerja siklus pengembangan
sekolah. Sebagai kerangka kerja untuk perubahan dan perbaikan, proses ini
secara mendasar menjawab 3 (tiga) pertanyaan kunci yaitu seberapa baikkah
kinerja sekolah terkait dengan kriteria untuk perencanaan pengembangan sekolah
dan indikator yang relevan dari standar pelayanan minimal (SPM) dan SNP, bagaimana
sekolah dapat mengetahui kinerjanya terkait dengan bukti yang dimiliki sekolah
untuk menunjukkan pencapaiannya, dan bagaimana sekolah dapat meningkatkan
kinerjanya terkait dengan pelaporan dan tindak lanjut mengenai apa yang telah
ditemukan pada perencanaan pengembangan sekolah.
RKS ini disusun
berdasarkan data hasil Evaluasi Diri Sekolah Tahun 2013 yang dilakukan pada
seluruh sekolah jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK melalui program pemetaan mutu
pendidikan. Data Evalusi Diri Sekolah dijaring melalui angket yang disebar
kepada responden yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan siswa. Angket disusun
berdasarkan komponen-komponen pada Standar Nasional Pendidikan namun pada
profil ini hanya enam standar yang menjadi bahan analisis yaitu Standar Kompetensi
Lulusan, Isi, Proses, Penilaian, Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Standar
Pengelolaan.
Hasil analisis EDS mendeskripsikan
tingkat ketercapaian sekolah dalam pemenuhan SNP, skor yang digunakan
menggunakan interval 0 - 10 dengan pembagian pencapaian SNP sebagai berikut:
Tabel
1. Kriteria Capaian SNP
KELOMPOK
|
Y
|
X
|
|||||
MENUJU SNP 1
|
Y
|
<
|
65%
|
∑n.X/n
|
<
|
65%
|
|
MENUJU SNP 2
|
Y
|
>
|
65%
|
∑n.X/n
|
<
|
65%
|
|
MENUJU SNP 3
|
Y
|
<
|
65%
|
∑n.X/n
|
>
|
65%
|
|
SNP
|
Y
|
>
|
65%
|
∑n.X/n
|
>
|
65%
|
|
DI ATAS SNP
|
Y
|
>
|
90%
|
∑n.X/n
|
>
|
90%
|
Keterangan :
STANDAR
|
BOBOT
|
|
Y
|
SKL
|
|
X1
|
ISI
|
20%
|
X2
|
PROSES
|
30%
|
X3
|
PENILAIAN
|
15%
|
X4
|
PTK
|
25%
|
X5
|
PENGELOLAAN
|
10%
|
Sekolah dikatakan telah mencapai
kriteria Menuju SNP 1 apabila skor untuk Standar Kompetensi Lulusan (Y) lebih
kecil dari 6,5 dan jumlah standar lainnya berdasarkan bobot yang ditetapkan
juga lebih kecil dari 6,5. Kriteria Menuju SNP 2 apabila skor untuk Standar
Kompetensi Lulusan (Y) lebih besar atau sama dengan 6,5 dan jumlah standar
lainnya berdasarkan bobot yang ditetapkan lebih kecil dari 6,5. Kriteria Menuju
SNP 3 apabila skor untuk Standar Kompetensi Lulusan (Y) lebih kecil dari 6,5
dan jumlah standar lainnya berdasarkan bobot yang ditetapkan lebih besar atau sama
dengan 6,5. Kriteria Mencapai SNP apabila skor untuk Standar Kompetensi Lulusan
(Y) lebih besar atau sama dengan 6,5 dan jumlah standar lainnya berdasarkan
bobot yang ditetapkan juga lebih besar atau sama dengan 6,5. Kriteria Di Atas
SNP apabila skor untuk Standar Kompetensi Lulusan (Y) lebih besar atau sama
dengan 9,0 dan jumlah standar lainnya berdasarkan bobot yang ditetapkan juga
lebih besar atau sama dengan 9,0.
I.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Profil Mutu dan Rencana Kerja
Sekolah yaitu:
- Menjamin agar tujuan sekolah dan sasaran yang ingin dicapai dapat terwujud;
- Mendukung koordinasi antar pelaku sekolah;
- Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergitas baik intra pelaku sekolah, antar sekolah maupun dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/ kota;
- Menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan pengawasan;
- Mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat;
- Menjamin penggunaan sumber daya sekolah yang ekonomis, efisien, efektif,berkeadilan ,berkelanjutan , serta memperhatikan kesetaran jender.
I.3. Sasaran
Sasaran penyusunan Profil Mutu dan Rencana Kerja Sekolah sebagai
berikut :
- Terwujudnya rencana kerja tahunan dan rencana kerja menengah,
- Terealisasinya semua aktifitas program kerja tahunan dan jangka menengah di SD Inpres Samata,
- Lebih efektif, efesien dalam hal perencanaan, penggunaan serta pengawasan dana sekolah yang dikelola baik yang bersumber dari APBN, maupun pemerintah provinsi/ kabupaten/ kota.
I.4. Dasar Hukum
Dasar hukum penyusunan Profil Mutu dan Rencana Kerja Sekolah antara
lain:
- UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional,
- PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
- Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
- Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah,
- Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah,
- Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan,
- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13/2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah,
- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16/2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru,
- Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Skor pencapaian
SD Inpres Samata untuk masing-masing standar dibandingkan rata-rata skor
pencapaian untuk tingkat Kabupaten, Kota, Provinsi, dan nasional digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik
Skor Pencapaian SNP SD Inpres Samata
Gambar 1 Menunjukan bahwa ada dua standar yang telah melampaui pencapaian skor tingkat
Kabupaten,kota, provinsi dan nasional yaitu
Standar Penilaian dan Standar Kelulusan, serta Standar
Pengelolaan, Standar Isi, Proses,
Pendidik dan Tenaga Kependidikan masih berada di bawah pencapaian skor tingkat Kabupaten kota, provinsi, dan nasional Pencapaian terendah berada pada standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dan Standar Proses. Status SNP SD Inpres Samata berdasarkan bobot yang telah ditetapkan adalah
sebagai berikut:
Y
|
∑n.X/n
|
5.852880658
|
5.022068337
|
Standar Kompetensi Lulusan (Y) masih di bawah 6,5 dan jumlah standar lainnya juga di bawah 6,5.
Dengan demikian, berdasarkan bobot untuk masing-masing standar sebagaimana
ditetapkan sebelumnya, SD Inpres Samata memiliki status “Menuju SNP 1”.
Berikut
ini juga disajikan tingkat pencapaian dari masing-masing indikator untuk setiap
Standar Nasional Pendidikan:
1.
Standar Kompetensi Lulusan
Standar
Kompetensi Lulusan terdiri atas lima indikator sebagai berikut :
- Prestasi siswa/lulusan
- Lulusan menunjukkan karakter (jujur, disiplin, bertanggungjawab, dan menghargai orang lain)
- Lulusan mampu berpikir logis dan sistemati
- Lulusan mampu berkomunikasi efektif dan santun
- Lulusan memiliki kemampuan mengamati dan bertanya untuk berpikir dan bertindak produktif serta kreatif
Tingkat
pencapaian SD Inpres Samata untuk masing-masing indikator pada Standar
Kompetensi Lulusan ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 2. Diagram Pencapaian Indikator Standar Kompetensi Lulusan
Gambar 2 Menunjukkan bahwa terdapat dua indikator untuk Standar Kompetensi Lulusan yang telah memenuhi
serta melampaui Standar nasional yaitu Lulusan me nunjukan karakter (jujur,disiplin,bertanggungjawab, dan menghargai
orang lain) dan Indikator Prestasi Siswa/lulusan dengan skor lebih dari 6,5. Indikator
yang masih perlu mendapat perhatian yang lebih intensif dari pihak sekolah
yaitu Indikator Lulusan mampu berkomunikasi efektif dan santun, berpikir logis
dan sistematis, serta Indikator lulusan memiliki kemampuan mengamati dan
bertanya untuk berpikir dan bertindak produktif serta kratif yang pencapaiannya masih di bawah 6,5.
2.
Standar
Isi
Standar Isi terdiri
atas empat indikator sebagai berikut :
a.
Kurikulum sesuai dengan kurikulum nasional
b.
Kurikulum disusun secara logis dan sistematis
c.
Kurikulum relevan dengan lingkungan dan kebutuhan
d.
Revisi kurikulum dilakukan secara berkala
Tingkat
pencapaian SD Inpres Samata untuk masing-masing indikator pada Standar Isi ditunjukkan
pada gambar berikut:
Gambar 3. Diagram Pencapaian Indikator Standar Isi
Gambar 3 menunjukkan bahwa terdapat dua indikator pada standar
isi yang telah memenuhi standar nasional yaitu indikator kurikulum disusun
secara logis dan sistematis dan indikator kurikulum sesuai dengan kurikulum
nasional. Indikator
yang masih perlu mendapatkan perhatian yang lebih intensif dari pihak sekolah
yaitu Indikator Kurikulum sesuai dengan kurikulum nasional, serta Indikator
Revisi kurikulum dilakukan secara berkala, dan Kurikulum relevan dengan
lingkungan dan kebutuhan yang skor pencapaiannya masih di bawah 6,5.
3.
Standar
Proses
Standar Proses
terdiri atas delapan indikator
sebagai berikut :
a.
RPP yang
dikembangkan sesuai dengan SKL dan standar isi serta memenuhi aspek kualitas;
b. PBM
dilakukan secara efisien dan efektif untuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan perilaku;
c.
PBM
mengembangkan karakter jujur, disiplin, bertanggungjawab, dan menghargai orang
lain;
d.
PBM
mengembangkan kemampuan berkomunikasi efektif dan santun;
e.
PBM
mengembangkan kreatifitas peserta didik;
f.
PBM
mengembangkan budaya dan kemandirian belajar;
g.
Interaksi
guru-siswa mendukung efektifitas PBM;
h.
Suasana
akademik di sekolah mendukung pembelajaran (kondusif).
Tingkat
pencapaian SD Inpres Samata untuk masing-masing indikator pada Standar Proses
ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 4. Diagram Pencapaian Indikator Standar Proses
Gambar 4 menunjukkan bahwa belum ada
indikator pada Standar Proses yang telah mencapai Standar
Nasional Pendidikan sehingga keseluruhan indikator perlu
mendapatkan perhatian yang lebih intensif dari pihak sekolah.
4.
Standar Penilaian
Standar
Penilaian terdiri atas lima indikator sebagai berikut :
a.
Guru
menggunakan prinsip-prinsip penilaian;
b.
Guru
melakukan perancangan penilaian;
c.
Guru
menyusun instrumen sesuai dengan kaidah yang baku;
d.
Sekolah
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal;
e.
Sekolah
memiliki dokumen prosedur dan kriteria penilaian.
Tingkat
pencapaian SD Inpres Samata untuk masing-masing indikator pada Standar Penilaian ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 5. Diagram
Pencapaian Indikator Standar Penilaian
Gambar 5 menunjukkan bahwa terdapat Tiga Indikator pada Standar Penilaian yang memenuhi standar nasional yaitu Sekolah memiliki dokumen prosedur dan
kriteria penilaian, Guru melakukan perencanaan penilaian dan Guru menggunakan
prinsip - prinsip. Indikator lainnya masih perlu
mendapatkan perhatian yang lebih intensif dari pihak sekolah yaitu Indikator
Sekolah Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal serta Guru Menyusun Instrumen
sesuai dengan kaidah yang berlaku
5.
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan terdiri atas dua indikator sebagai berikut :
a.
Guru dan
tenaga pendidikan profesional dalam bidangnya;
b. Peningkatan
kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sekolah;
Tingkat
pencapaian SD Inpres Samata untuk masing-masing indikator pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 6.
Diagram Pencapaian Indikator Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Gambar 6 menunjukkan bahwa belum ada
indikator pada Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang
mencapai Standar Nasional Pendidikan sehingga keseluruhan indikator perlu
mendapatkan perhatian yang lebih intensif dari pihak sekolah.
6.
Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan terdiri atas tujuh indikator
sebagai berikut :
a.
Visi, misi,
dan tujuan sekolah sesuai dengan EDS;
b.
Visi, misi,
dan tujuan sekolah dipahami oleh semua warga sekolah;
c.
Rencana kerja sekolah sesuai EDS;
d.
Rencana kerja sekolah berorientasi mutu;
e.
Perencanaan sekolah terkait peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar;
f.
Pimpinan melakukan supervisi dan evaluasi sesuai standar.
Tingkat
pencapaian SD Inpres Samata untuk masing-masing indikator pada Standar Pengelolaan ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 7. Diagram
Pencapaian Indikator Standar Pengelolaan
Gambar 7 menunjukkan bahwa terdapat Tiga Indikator
pada Standar Pengelolaan yang mencapai
Standar Nasional Pendidikan yaitu Suasana organisasi mendukung
program sekolah, Rencana kerja sekolah berorientasi mutu, serta Visi Misi dan
tujuan sekolah dipahami oleh semua warga sekolah sehingga keseluruhan indikator
perlu mendapatkan perhatian yang lebih intensif dari pihak sekolah.
Analisis akar masalah terdiri atas Identifikasi masalah, Rumusan
masalah, Penentuan Akar masalah, serta Faktor Pendorong dan Penghambat. Masalah
diidentifikasi berdasarkan pertanyaan-pertanyaan EDS dengan skor di bawah 5.
III.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
data EDS Tahun 2013, diketahui bahwa masalah yang ada pada SD Inpres Samata
yaitu:
Permasalahan
|
Rumusan
Masalah
|
Guru menemukan permasalahan
tentang prilaku peserta didik yang kurang memiliki kemampuan mengamati dan
bertanya untuk berpikir dan bertindak produktif serta kreatif
|
Guru kurang menerapkan proses
belajar mengajar dengan metode mengajar untuk bertanya dan menemukan sendiri
secara kereatif.
Guru kurang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan
serta berkomunikasi secara efektif dan santun.
|
Guru kesulitan dalam
meningkatkan kemampuan. Peserta didik
butuh berkomunikasi secra lisan dan tulisan serta berkomunikasi secara
efektif dan santun.
|
|
Disekolah permasalahan revisi
kurikulum tidak dilakukan secara berkala, kurikulum seharusnya relevan dengan
lingkungan dan kebutuhan sekolah
|
Sekolah seharusnya melaksanakan
dan menyusun kurikulum yang relevan dengan lingkungan dan kebutuhan sekolah
dan seharusnya dilakukan revisi secara berkala.
|
Guru menemukan permasalahan
dalam PBM kurang mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan
kreativitas peserta didik tentang budaya daerah karakter peserta didik
|
Guru tidak mengembangkan
kemampuan peserta didik dan kreatifitas tentang pemahaman budaya daerah dan
karakter peserta didik.
|
Guru menemukan permasalahan
menyusun instrumen sesuai dengan kaidah yang berlaku
|
Gru tidak mnyusun instrumen
sesuai dengan kaidah yang berlaku
|
Guru menemukan permasalahan
kurangnya peningkatan kompetensi
tentang PTK yang dilakukan untuk memiliki kelulusan sekolah.
|
Guru tidak berusaha untuk
meningkatkan kompetensinya tentang penyusuaian PTK sebagai kebutuhan
sekolah..
|
Sekolah atau pimpinan dalam
melakukan supervisi dan evaluasi standar yang berlaku
|
Pemimpin sudah melaksanakan
supervisi dan evaluasi dengan standar yang berlaku namun waktu pelaksanaanya
belum maksimal
|
III.2 Penentuan Akar Masalah
Rumusan
Masalah
|
Akar
Masalah (Penyebab Masalah)
|
Guru kurang menerapkan PBM
dengan metode mengajar yang selalu
baik untuk bertanya dan menemukan sendiri
secara kreatif.
|
Guru kurang atau tidak
menerapkan PBM dengan efektif dan efisien karena kurang paham.
|
Sekolah melaksanakan dan
menyusun kurikulum yang relevan dengan lingkungan dan kebutuhan sekolah
melakukan revisi secara berkala.
|
Sekolah sudah melaksanakan
menyusun kurikulum yang relevan dengan lingkungan kebutuhan sekolah dengan
dilakukannya supervisi secara berkala.
|
Guru mengembangkan kemampuan
peserta didik dan kreativitas tentang pemahaman budaya daerah dan karakter
peserta didik.
|
Guru tidak mengembangkan
kemampuan kreativitas peserta didik tentang budaya daerah karena Guru sendiri
tidak paham
|
Guru tidak menyusun instrumen
penilaian tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku
|
Guru tidak menyusun istrument
penilaian dengan baik karena guru sendiri kurang paham.
|
Guru tidak berusaha untuk
meningkatakan kompetensinya tentang penyususna PTK sebagai kebutuhan sekolah
|
Guru tidak berusaha
meningkatkan kompetensinya tentang penyusunan PTK sebagai suatu kebutuhan
|
Pimpinan dalam melakukan
supervisi dan evaluasi sudah sesuai dengan kaidah yang berlaku
|
Pimpinan sudah melakukan
supervisi dan evaluasi sesuai dengan kaidah yang berlaku namun terbatas
dengan waktu pelasanaan.
|
III.3 Faktor Pendorong dan Penghambat
No
|
Akar
Masalah
|
Faktor
Pendorong
|
Faktor Penghambat
|
Solusi
permasalahan
|
1
|
Guru kurang menerapkan PBM dengan metode mengajar
yang lebih baik untuk bertanya dan menemukan sendiri secara kreatif
|
Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk
belajar
|
Tidak semua guru mampu menerapkan metode yang bervariasi
untuk menyampaikan pembelajaran
|
Melibatkan semua guru dalam mengikuti kegiatan KKG
|
2
|
Sekolah tidak menyusun kurikulum yang relevan
dengan lingkungan dan kebutuhan sekolah
|
Semua guru harus terlibat dalam penyusunan
kurikulum dan kepala sekolah merefisi secara berkala
|
Tidak semua guru terlibat dalam merevisi kurikulum
|
Melibatkan semua guru dalam merevisi kurikulum
secara berkala
|
3
|
Guru kurang mengembangkan kemampuan kreativitas
peserta didik tentang budaya daerah karena guru sendiri tidak paham
|
Guru mengenal lebih detail tentang budaya daerah
|
Tidak ada guru senior yang dapat memberi pelatihan
tentang budaya budaya daerah.
|
Melibatkan semua guru dalam setiap kegiatan
utamanya tentang permasalahan budaya daerah
|
4
|
Guru belum menyusun instrumen baik karena guru
sendiri kurang paham
|
Semua guru sebaiknya perlu dilibatkan dalam hal
cara penilaian dengan baik
|
Tidak semua guru mampu melaksanakan penyusunan
instrumen penilaian dengan baik
|
Melibatkan semua guru dalam hal penyusunan
instrumen penilaian dengan baik dan benar
|
5
|
Guru tidak berusaha untuk meningkatkan
kompetensinya tentang penyususnan PTK sebagai suatu kebutuhan
|
Ada guru senior yang akan membimbing tentang
penyusunan PTK
|
Masih ada guru yang kurang memahami pengunaan IT
dalam pembuatan PTK
|
Melibatkan semua guru dalam kegiatan tentang hal
penyusunan PTK
|
6
|
Pimpinan sudah melakukan / melaksanakn supervisi
dan evaluasi sesuai dengan kaidah yang berlaku namun terbatas dengan waktu
yang berjalan
|
Guru siap di supervisi
|
Kadang masih ada guru yang belum siap untuk di
supervisi
|
Melibatkan semua guru untuk di supervisi
|
Alternatif
solusi terdiri atas penentuan solusi serta kekuatan dan kelemahan solusi yang
diberikan sebagaian diberikan pada tabel berikut :
Solusi
Alternatif
|
Kekuatan
|
Kelemahan
|
Melibatkan semua guru yang mengalami masalah dalam
PBM untuk mengikuti KKG yang berkualitas
|
pada umumnya guru mencoba metode baru dalam
mengajar, adanya guru senior yang berpengalaman dalam membimbing
|
sulitnya mengubah mindset guru dlm PBM tidak
bersedia tutor mengawasi semua PBM.
|
Mengikutkan dalam kegiatan KKG untuk mengatasi
permasalahan PBM
|
KKG dilaksanakan secara rutin. Kepala sekolah
mendukung pelaksanaan KKG
|
Ada guru yang memiliki permasalahan PBM tidak ikut
KKG
|
Meningkatkan kompetensi guru dalam hak pemanfaatan
IT pemanfaatan sumber belajarn lainnya.
|
Sarana prasarana IT oleh masing-masing guru
tersedia.
|
Sebagaian besar guru malas menggunakan IT dalam
PBM.
|
Meningkatkan
pemahaman guru memahami tugas layanan bimbingan dan konseling
|
Ada beberapa
guru senior dan berprestasi yang memahami masalah pelayanan bimbingan dan
konseling
Adanya
fasilitas untuk pelayanan bimbingan dan konseling
Adanya
dukungan kepala sekolah terhadap pembentukan layanan bimbingan dan konseling
|
Guru senior
sibuk membina siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler
Hanya ada
sedikit dana untuk pembinaan guru untuk pelayanan bimbingan dan konseling
|
Mengusulkan kepada
Dinas Pendidikan untuk merekrut tenaga layanan bimbingan dan konseling
|
Adanya tenaga honorer
untuk pelayanan bimbingan dan konseling yang di biayai oleh sekolah
Adanya komitmen yang
baik petugas layanan bimbingan dan konseling
|
Pengusulan kepada
dinas pendidikan mengenai petugas layanan bimbingan dan konseling tidak
pernah ditanggapi
Dana untuk memberi
insentif untuk petugas honorer layanan bimbingan dan konseling sangat sedikit
|
Sekolah dan orang tua
peserta didik menjalin komunikasi untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan layanan bimbingan dan konseling dan mencari jalan
keluarnya
|
Adanya kebutuhan
peserta didik dalam hal layanan bimbingan dan konseling
Kebutuhan orang tua
terhadap layanan bimbingan dan
konseling bagi anak-anaknya
|
Sekolah belum membuat
peta layanan bimbingan dan konseling untuk peserta didik
Tidak mengakomodasi
siswa berkebutuhan khusus
Tidak ada komunikasi
yang efektif antara sekolah dan orang tua dalam rangka layanan bimbingan dan
konseling
|
Meningkatkan kegiatan
KKG untuk membahas permasalahan-permasalahan penilaian dan instrumennya
|
KKG dilaksanakan
secara rutin
Tersdianya dana untuk
kegiatan KKG
|
Seluruh guru
bermasalah dengan penilaian tetapi di KKG tidak pernah membahas mengenai
penilaian
|
Program
|
Kegiatan
|
Peningkatan pembelajaran yang berkualitas
|
1.
Pelaksanaan
pembelajaran remedial
2.
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas
|
Peningkatan kualitas guru dalam penguasaan
strategi pembelajaran afektif
|
Pelatihan guru dalam
pembelajaran yang efektif
|
Peningkatan kualitas penilaian
|
1.
Penyusuna
instrument penilaian da prosedur penilaian
2.
Pengujian
kesahihan instrumen penilaian
|
Indikator ketercapaian tujuan/sasaran sekolah
|
Cara mencapai tujuan/sasaran
|
Jadwal
|
|
Program
|
Kegiatan
|
||
Meningkatnya
kualitas pembelajaran
|
Peningkatan
kualitas pembelajaran
|
1. Penerapan pembelajaran berbasis masalah
2.
Pelaksanaan pembelajaran remedial
|
Januari 2014
|
Meningkatnya
kualitas guru dalam penguasaan strategi pembelajaran efektif
|
Peningkatan
kualitas guru dalam penguasaan strategi pembelajaran efektif
|
1.
Pelatihan guru dalam pembelajaran yang efektif
|
Mei 2014
|
Meningkatnya
kualitas penilaian
|
Peningkatan
kualitas penilaian
|
1.
Penyusunan instrument penilaian dan prosedur
penilaian
2.
Pengujian
|
Agustus 2014
|
A.Kesimpulan
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) merupakan proses evaluasi diri
yang didorong secara internal oleh sekolah itu sendiri dengan melibatkan pemangku kepentingan guna melihat kinerja sekolah terhadap pencapaianSPMdan SNP yang hasilnya dipakai
sebagai dasar dalam peningkatkan mutu
proses belajar mengajardan hasil belajar siswa.
B. Saran
1. Untuk Guru
Pelaksanaan
EDS perlu dilakukan secara bergiliran oleh guru sehingga guru yang lain mendapat kesempatan yang sama
dan paham mengenai EDS.
Perhatian
terhadap sekolah perlu ditingkatkan dan dalam proses bimbingan terhadap sekolah tidak
membandingkan hasil antara sekolah satu dengan yang lainnya karena tiap sekolah
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
3.Untuk Sekolah
Program
EDS perlu tetap dipertahankan untuk dilaksanakan karena membawa nilai positif yang lebih kepada pe
ngelolaan sekolah termasuk
Mengetahui
kekurangan sekolah pada tahun ajaran sebelumnya
sehingga bisa langsung diperbaiki dalam rangka peningkatan mutu bertahap berkelanjutan
"hanya sekedar ingin berbagi"