Papan
hitam putih mendapatkan citra buruk
sebagai hobi orang tanpa kerjaan, yang kalau ditekuni tidak memberi masa depan.
Syukurlah citra itu perlahan-lahan hilang dengan tampilnya beberapa anak-anak
Indonesia di pentas catur kelas dunia.
Penelitian
para ahli menemukan kegunaan dari hobi main catur secara teratur. Satu
diantaranya adalah hasil penelitian di negara bagian Texas, AS. Siswa antara
kelas 3 dan kelas 5 SD yang tergabung dalam klub catur di sekolahnya memiliki
keunggulan dalam hal membaca dan matematika dibandingkan teman-teman
sekelasnya. Di Kanada, sebanyak 437 murid kelas 5 diberi tambahan main catur
dalam kurikulum pelajaran matematikanya. Mereka dipisahkan dalam 3 kelompok
besar dengan jam tambahan main catur berbeda untuk setiap grup. Hasilnya?
Kelompok yang jam main caturnya paling banyak ternyata paling mahir dalam
soal-soal problem solving masalah-masalah matematika dan juga pemahaman pada
soal-soal matematika berbasis cerita.
Artinya,
ternyata ada korelasi positif antara main catur dan keunggulan logika, cara
berpikir, khususnya dalam matematika dan membaca. Yang terakhir ini membutuhkan
bukan saja keterampilan membaca kata per kata, tapi juga melihat dan menemukan
cerita secara keseluruhan. Hal itu memang merupakan isu utama dalam catur, apa
yang dilakukan pada langkah pertama, akan memberikan pengaruh besar di
permainan akhir dan menentukan apakah akan menang atau tidak.
Cerita
soal pentingnya catur tidak berhenti sampai di sini. Di Zaire, sebuah negeri di
Afrika, murid berumur 16-18 tahun yang diberi latihan catur ternyata memiliki
pemahaman lebih tinggi dalam spasial
(ruang), numerik (deretan angka), pengetahuan verbal (bahasa dan
kata-kata) serta pekerjaan-pekerjaan administratif. Sebuah hasil penelitian
yang melibatkan 100.000 guru di Venezuela menemukan adanya hubungan antara main
catur dan kenaikan signifikan angka IQ murid-murid sekolah dasar. Itu berlaku
untuk anak lelaki dan perempuan, tak peduli latar belakang kelas sosialnya.
Karena
alasan-alasan itulah sudah sejak lama permainan catur dimasukkan ke dalam
kurikulum sekolah dasar di berbagai negara. Dan itu tidak pernah disesali.
Propinsi Quebec Kanada, yang pertama kali memasukkan catur ke dalam kurikulum
sekolahnya untuk murid kelas 2 sampai 7 (setara 1 SMP), mencetak angka tes
matematika tertinggi di Kanada. Negara itu juga mencatat keunggulan tes
matematika dibandingkan tetangganya,
Amerika Serikat.
Salah
satu juara dunia catur dari Amerika, GM Yasser Seirawan, pernah menulis
keuntungan bermain catur berjudul 5R.
- R pertama adalah writing. Setiap pemain catur sesuai standar FIDE harus menuliskan notasi buah catur yang dimainkannya. Ini melatih disiplin, konsistensi dan pengarsipan.
- R kedua adalah reading. Untuk bisa menang dari lawannya, setiap pemain catur harus belajar dari partai-partai lainnya, agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
- R ketiga adalah arithmetic. Setiap pemain harus bisa menghitung dengan cepat sisa bidak miliknya dan lawannya agar tidak masuk dalam permainan konyol, kehabisan bidak atau perwira lebih cepat dari lawan. Pendeknya, setiap pemain punya 8 bidak dan 6 perwira, plus 1 ratu dan 1 raja.
- R keempat adalah responsibility. Tiap pemain sendirian di sana. Tidak ada contekan, tidak ada pembisik, tidak ada sekondan (asisten) yang bisa menolong. Ia harus bertanggung jawab sendirian, memikirkan konsekuensi langkahnya sendirian.
- R terakhir adalah reasoning atau logika. Mengapa ia memilih maju dan bukan mundur, makan bidak lawan bukan menghindar, menguasai suatu jalur tertentu dan bukan skak lawan, semua ada alasannya. Si anak dalam hidupnya akan terbiasa mendaftarkan sejumlah besar opsi, mencoret beberapa di antaranya dengan segera, menyusunnya dalam skala prioritas, menganalisa, membandingkan satu sama lain dan kemudian dengan kebulatan tekad memilih satu karena yang paling logis dan menguntungkan. (http://ompundaru.wordpress.com)